KATEKESE TENTANG ALLAH (5)
Katekese
Berita Terkait
- KATEKESE TENTANG ALLAH (4)0
- KATEKESE TENTANG ALLAH (3)0
- AKU PERCAYA (bag-1)0
- Misa Khusus Orang Tua: Membesarkan Anak Secara Kristiani0
- KADO ULANG TAHUN UNTUK SIAPA PADA HARI RAYA NATAL?0
- ROSARIO - BULAN ROSARIO0
- Umat Katolik dan Kitab Suci0
- Bagaimana Ajaran Gereja tentang Tuhan dalam Kitab Suci (bagian 2)0
- Bagaimana Ajaran Gereja tentang Tuhan dalam Kitab Suci (bagian 1)0
- Mengapa Ekaristi? (4 - habis)0
Berita Populer
- PERNIKAHAN CAMPUR BEDA AGAMA (dalam pandangan Katolik)
- Penyebab Individu Sulit Menghargai Orang Lain
- Mengurus Pernikahan Di Gereja Katolik
- KOLEKTE & DANA GEREJA
- Apa itu Novena?
- SPIRITUALITAS PERKAWINAN
- Apa Perbedaan antara Penitensi dan Indulgensi?
- Halangan-halangan Nikah (12)
- Mengenal seksi Kerasulan Kitab Suci (KKS) Lebih Dekat
- Cara Menyambut Komuni Kudus

Keterangan Gambar : Katekese
Bagian terakhir tentang pengetahuan akan Tuhan yang diperoleh dari wahyu Allah yang diberikan kepada manusia dengan perantaraan Sabda-Nya (Kitab Suci).
12. Tuhan Maha Adil; Tuhan Maha Adil, artinya Tuhan menghargai semua kebaikan dan menghukum semua perbuatan jahat. Keadilan Tuhan identik dengan kebaikan-Nya. “Engkau adil, ya Tuhan dan hukum-hukum-Mu benar (Mzm 119:137).
a. Sebagian hukuman dan penghargaan Tuhan diberikan kepada manusia di dunia ini, namun terutama setelah kematian. Abraham, Nuh dan Yusuf diberi penghargaan di dunia; Absolom, Antiokhus Epifanes menerima hukuman di dunia ini. Tetapi di kehidupan yang akan datang, terutama setelah kebangkitan badan, setiap tubuh dan jiwa menerima semua balasan-Nya dengan penuh.
b. Tuhan menghargai perbuatan baik yang terkecil, dan menghukum dosa yang terkecil. Bahkan secangkir minum yang diberikan atas nama Tuhan akan dihargai, namun juga setiap kata-kata yang sia-sia akan diperhitungkan (lih. Mat 7:36)
c. Tuhan menghukum manusia, umumnya dengan cara yang sama di mana ia berdosa. Absolom berbangga dengan rambutnya, dan karena rambutnya ia wafat. Raja Antiokhus menyiksa ketujuh bersaudara Makabe dengan mengoyakkan tubuh mereka; namun tubuhnya sendiri kemudian dimakan ulat (lih. 2 Mak 9:6).
d. Dalam memberi penghargaan dan menghukum, Tuhan memperhatikan keadaan tiap-tiap orang, maksud hatinya dan bakatnya. Tuhan melihat hati (lih. 1Sam 16:7). Persembahan janda miskin jauh lebih berharga daripada persembahan orang-orang kaya (lih. Luk 21:4). Hamba yang mengetahui kehendak tuannya namun tidak melakukannya menerima lebih banyak pukulan daripada yang tidak mengetahuinya (lih. Luk 12:47-48).
e. Tuhan tidak memakai patokan manusia dalam menyatakan keadilan-Nya. Yang terakhir akan menjadi yang terdahulu, orang yang miskin mendahului yang kaya, orang yang terkenal di dunia belum tentu tercatat namanya di kitab kehidupan.
Karena Tuhan Maha Adil, maka kita mempunyai alasan untuk takut akan Tuhan, namun takut di sini maksudnya bukan semata takut akan hukuman Tuhan, tetapi takut menyakiti hati Tuhan. Takut akan Tuhan akan membuat kita menghindari dosa dan menghantar kita kepada kesempurnaan. “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.”(Mzm 112:1). Takut akan Tuhan merupakan rahmat istimewa yang diberikan kepada mereka yang mengasihi Dia.
13. Tuhan adalah kesempurnaan Kebenaran; Tuhan adalah Kebenaran, dan segala yang diwahyukan-Nya kepada manusia adalah kebenaran. Tuhan tidak mungkin salah sebab Ia Mahatahu. Ia tidak dapat menipu, sebab Ia kudus. “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta; bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal.” (Bil 23:29). Oleh karena itu kita harus percaya kepada semua yang diwahyukan/dinyatakan oleh Tuhan, meskipun pengertian kita tidak sempurna untuk memahaminya.
14. Tuhan Maha setia; Ia menepati janji-Nya dan melakukan penghukuman-Nya. Tuhan memberikan hukuman kepada Adam dan Hawa, atas pelanggaran mereka, tetapi menepati janji-Nya untuk mengutus Sang Penebus. Maka apa yang dinubuatkan oleh Allah maupun para nabi-Nya, entah telah digenapi atau akan digenapi di masa yang akan datang. Maka jika dikatakan bahwa Ia akan menyertai Gereja-Nya yang didirikan-Nya di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16-19) sampai akhir zaman (Mat 28:19-20), maka hal itu akan digenapi-Nya.
15. Tuhan Maha Esa; Ia adalah Satu/esa: “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (Ul 6:4); “Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku.” (Kel 32:39). Sebab kesempurnaan, dan segala yang “paling” baik mensyaratkan Satu Subyek saja, dan Subyek itu adalah Tuhan yang Esa.
V. Tanggung jawab kita untuk mengenal dan mengasihi Tuhan;
Dari apa yang sudah diuraikan selama 5 minggu ini, maka kita dapat melihat bahwa kebenaran yang diungkap oleh akal budi maupun yang dinyatakan oleh wahyu sebenarnya sama. Keduanya menyatakan hakekat Tuhan yang satu, kekal, yang maha dalam segalanya, yang tidak berubah, dan sempurna. Pengetahuan akan Tuhan ini tidak ada gunanya, kalau tidak ditanggapi dalam iman. Kita harus mengimani kebenaran ini dan kemudian menempatkan diri kita sebagai makhluk ciptaan dan menempatkan Tuhan sebagaimana mestinya, yaitu sebagai Pencipta dan Pusat dari segala kehidupan kita. Ya, Tuhanlah yang menciptakan kita karena kasih-Nya kepada kita yang tiada terbatas. Dengan demikian, tepatlah jika kita juga mengasihi Tuhan. Mengasihi adalah kegiatan manusia yang tertinggi; dan tidak ada obyek yang lebih mulia untuk dikasihi selain dari Tuhan Sang Pencipta. Maka, tak mengherankan bahwa perintah Tuhan yang terutama dan pertama adalah, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” (Mat 22:37) *** SELESAI
